Penyimpanan dan Perlakuan Sampel

Tujuan utama penyimpanan sampel ini adalah untuk mempertahankan jumlah mikroorganisme yang terkandung dalam sampel seasli mungkin (seperti saat pengambilan sampel) tanpa mengurangi atau menggandakannya hingga siap dilakukan analisis pada sampel tersebut. Sedangkan perlakuan tambahan pada sampel diperlukan untuk mempermudah proses analisis.

1. Penyimpanan sampel

Sampel yang didapatkan harus dilindungi dari kontaminasi luar yang dapat berasal dari udara, wadah sampel dan peralatan sampel. Menurut ISO 7218 (2007) wadah (kontainer) sebaiknya berisi sampel tidak lebih dari ¾-nya untuk mencegah kebocoran dari tutup dan dapat memudahkan dalam pengocokan. Selain itu suhu juga sebaiknya dicatat saat pengambilan sampel dan saat kedatangan sampel di laboratorium. Sampel harus dikirimkan ke laboratorium sesuai aslinya tanpa dibuka. Jika sampel terlalu besar atau dengan wadah yang terlalu lebar, maka pindahkan sebagian secara aseptik ke kontainer sampel steril (hal. 30).

Pemindahan sampel harus dilakukan sesegera mungkin dan dapat menjamin isi sampel berada dalam kondisi yang meminimalkan gangguan terhadap jumlah mikroorganisme di dalamnya. Sebaiknya tidak menggunakan es untuk mendinginkan sampel dalam boks karena air dapat mengkontaminasi sampel jika terdapat kebocoran atau wadah sampel yang sobek. Jika terpaksa menggunakannya, maka lebih baik memakai bungkus terpisah atau ganda. Dry ice dapat menjadi pilihan alternatif untuk menjaga suhu dingin tetapi tanpa adanya tetesan air.

Terdapat banyak persyaratan mengenai lama dan suhu penyimpanan sampel sebelum dilakukan pengujian. Hal ini bertujuan untuk menjamin konsistensinya jumlah mikroorganisme pada sampel tersebut. Suhu transportasi dan waktu penyimpanan sampel umum yang direkomendasikan ISO 7218 (2007) adalah sebagai berikut.

  • Sampel yang stabil: suhu ambien (< 40°C);
  • Sampel beku: suhu beku (< -15°C, atau lebih baik < -18°C);
  • Sampel yang tidak stabil di suhu ambien: (1-8°C).

Sampel yang telah sampai di laboratorium harus sesegera mungkin dilakukan pengujian (lebih baik dalam waktu 24 jam). Untuk sampel yang sangat mudah busuk seperti kerang harus diuji tdak lebih dari 24 jam. Namun untuk sampel yang mudah busuk seperti susu dan ikan, pengujian dapat dilakukan dalam waktu 36 jam. Jika pengujian tidak memenuhi tenggat waktu yang disyaratkan diatas maka sampel sebaiknya disimpan pada suhu < -15°C, atau lebih baik < -18°C (hal. 32).

Beberapa syarat spesifik untuk setiap jenis sampel dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Berbagai syarat penyimpanan dan pemindahan untuk sampel khusus. Diolah dari ISO 19458, ISO 6887-2, ISO 17604, ISO 18593, ISO 6887-3 dan APHA, AWWA, & WEF SM 9060.

Jenis sampel Suhu (°C) Waktu Pemindahan Sumber
Air 5±3 Sesegera mungkin dan untuk air minum pada hari yang sama ISO 19458 (hal. 10)
Air minum (E.coli) <8, tidak beku 30 jam Sampel dijaga dalam keadaan gelap dan suhu <8 °C dengan es atau es biru jika tidak dianlisis dalam 1 jam. SM 9060 (hal. 3)
Air minum (APC) Tidak lebih dari 8 jam
Bukan air minum Maks. 6 jam SM 9060 (hal. 4)
Daging beku 18-27 Maks. 3 jam ISO 6887-2 (hal. 4)
2±2 Tidak lebih dari 24 jam
Daging hasil pengambilan dari karkas Pengujian dilakukan dalam waktu 1 jam Sampel dipindahkan menggunakan cool box dengan blok-blok es beku (sampel jangan sampai tersentuh dengan es) ISO 17604 (hal. 6)
2±2 Maks. 24 jam
Sampel dari metode ulas atau contact plate Maks. 24 jam dipindahkan dalam waktu 4 jam di dalam cool box yang diatur dengan suhu 1-4°C ISO 18593 (hal. 4)
Sampel ikan dan produk perikanan beku 18-27 Maks. 3 jam ISO 6887-3 (hal. 5)
2±2 Maks. 24 jam

2. Perlakuan tambahan pada sampel

Terdapat perlakuan tambahan pada beberapa jenis sampel tertentu berdasarkan ISO 6887-4 (2003), diantaranya adalah:

  • Sorbitan monoleate (Tween 80) dapat ditambahkan sebanyak 1-10 g/L pada sampel berlemak. Penambahan ini mengacu kepada perkiraan jumlah lemak di dalam sampel (misalnya jika sampel mengandung lemak 40%, maka ditambahkan sebanyak 4 g/L). Penambahan ini mampu mengemulsifikasi sampel selama preparasinya.
  • Perlakuan panas dapat diberikan kepada sampel gelatin untuk mempermudah pelarutan gelatin pada cairan pengencer. Gelatin sebanyak 20 g ditambahkan 180 mL phosphate buffered diluent kemudian didiamkan selama 60 menit suhu ruang. Pemanasan dilakukan pada waterbath setelahnya selama maksimum 30 menit pada suhu 45 ºC sehingga diperoleh pengenceran pertama.
  • Penambahan enzim pada pengenceran pertama juga diizinkan jika diperlukan untuk memecahkan substrat sampel agar mudah dianalisis. Misalnya penambahan enzim gamanase atau selulase untuk sampel jel bubuk yang mengembang jika terlarut air (polisakarida atau senyawa pembuat jel lainnya).
  • Penambahan K2SO4 ke dalam larutan buffered peptone water sampai pada konsentrasi 0,5 % dapat ditambahkan pada sampel yang mengandung zat inhibitor seperti bubuk bawang, merica, kayu putih, atau rempah-rempah lainnya (hal. 5-9).

Sampel air yang mengandung residu Cl2 (chlorin) atau halogen lain dapat ditambahakan dengan Na2S2O3 (natrium thiosulphate) yang dapat menghambat daya antimikrob dari senyawa klorin selama pemindahan sampel sehingga jumlah mikroorganisme yang didapatkan akan benar-benar mewakili pada saat pengambilan sampel dilakukan. Untuk air limbah ditambahkan Na2S2O3 dengan konsentrasi 100 mg/L pada sampel. Dalam volume 120 mL air, 0,1 mL larutan Na2S2O3 10 % akan menetralkan residu klorin sampai sebanyak 15 g/L. Sedangkan pada air minum, konsentrasi sebaiknya diturunkan. 0,1 mL larutan Na2S2O3 3 % dapat menetralkan sampai 5 mg/L residu klorin dalam 120 mL air (APHA, AWWA, & WEF SM 9060, 2006, hal. 1).

Indra Pradhika, 2018.

Referensi

APHA, AWWA & WEF. Standard method for examination of water and wastewater 9060: Samples. (2006).

ISO 18593:2004 Microbiology of food and animal feeding stuffs — Horizontal methods for sampling techniques from surfaces using contact plates and swabs. (2004).

ISO 19458: 2006, Water quality – Sampling for microbiological analysis. (2006).

ISO 6887-1:1999 Microbiology of food and animal feeding stuffs – Preparation of test samples, initial suspension and decimal dilutions for microbiological examination – Part 1: General rules for the preparation of the initial suspension and decimal dilution. (1999).

ISO 6887-2: 2003 Microbiology of food and animal feeding stuffs – Preparation of test samples, initial suspension and decimal dilutions for microbiological examination – Part 2: Spesific rules for the preparation of meat and meat product. (2003).

ISO 6887-3:2003 Microbiology of food and animal feeding stuffs — Preparation of test samples, initial suspension and decimal dilutions for microbiological examination — Part 3:Specific rules for the preparation of fish and fishery products. (2003).

ISO 6887-4:2003 Microbiology of food and animal feeding stuffs — Preparation of test samples, initial suspension and decimal dilutions for microbiological examination — Part 4:Specific rules for the preparation of products other than milk and milk products, meat and meat products, and fish and fishery products. (2003).

ISO 7218:2007(E) Microbiology of food and animal feeding stuffs – General requirements and guidance for microbiological examinations. (2007).