Jenis-jenis Media Pertumbuhan
Berdasarkan sifat fisik
- Media padat. Media padat adalah media cair yang mengandung substansi pemadat (misal, agar-agar, gelatin) dengan konsentrasi yang berbeda (ISO 11133-1, 2009, hal. 2). Konsentrasi bahan pemadat ini akan membuat media setelah dingin menjadi padat. Media padat berguna untuk menjaga sel tidak berpindah tempat sehingga akan mudah dihitung dan dipisahkan jenisnya ketika tumbuh menjadi koloni. Media padat juga menampakkan difusi hasil metabolit bakteri sehingga memudahkan dalam pengujian suatu hasil metabolit yang ditampakkan pada halo di sekitar koloni. Beberapa bentuk media padat yang digolongkan berdasarkan bentuk dan tempatnya diantaranya adalah: (1) Media agar cawan. Media agar dalam cawan memiliki berbagai macam fungsi, diantaranya adalah untuk enumerasi, isolasi, karakterisasi dll. Mikrob pada media ini akan tumbuh terkumpul menjadi koloni pada permukaan agar dan hasil metabolit dapat berdifusi disekelilingnya. (2) Media agar mirng. Media ini berfungsi untuk menumbuhkan kultur yang umumnya akan disimpan. Bentuk agar yang miring di dalam tabung memungkinkan pembesaran luas permukaan untuk inokulasi kultur dan dapat meminimalkan kontaminasi karena mulut tabung yang sempit. APHA, AWWA, & WEF SM 9020 (2005) menyarankan kemiringan agar ini memiliki panjang lereng 6,3 cm dalam tabung bertutup ulir berukuran 125×16 mm (hal.12).
- Media cair. Media cair yaitu media yang mengandung larutan cair dari satu atau lebih konstituen. Terkadang partikel padat dapat ditambahkan pada medium cair tersebut. Medium cair pada tabung, botol atau labu Erlenmeyer umumnya dinamakan ‘broth’ (ISO 11133-1, 2009, hal. 2). Contoh dari medium cair adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth). Medium cair akan memberi kesempatan bakteri untuk menyebar dan tercampur dengan seluruh nutrisi sehingga lebih cocok untuk mengoptimumkan pertumbuhan mikrob. Dapat juga untuk mengetahui karakter suatu mikrob berdasarkan kebutuhan oksigen atau untuk proses fermentasi.
- Media setengah padat (semisolid). Media setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat dan tidak begitu cair. Media semisolid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikrob dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk cincin hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Media ini juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh media. Fungsi media semisolid lainnya adalah untuk uji motilitas. Konsentrasi agar yang tidak begitu padat memungkinkan bakteri motil dapat bergerak dan berpindah, sedangkan non-motil cenderung tetap ditempatnya. FDA BAM Media M103 (2001) menyarankan menggunakan agar sebanyak 4 g/L untuk mendapatkan media semisolid dalam uji ini.
Berdasarkan kandungan bahan
- Media sintetik. Media sintetik adalah media yang seluruh komposisinya diketahui. Media sintetik digunakan dalam penelitian mengenai uji metabolisme suatu mikroorganisme. Banyak jenis mikroorganisme kemoorganotrof heterotrof dapat tumbuh pada media sintetik dengan glukosa sebagai sumber karbon dan ammonium salt sebagai sumber nitrogen (Prescott et al. 2002, hal. 105). Sedangkan ISO 11133-1 (2009) menyebutnya sebagai media secara kimia terdefinisi (chemically defined medium) yang memiliki pengertian media pertumbuhan yang hanya mengandung bahan yang diketahui struktur molekulnya dan kadar kemurniannya (hal. 2). Berikut contoh komposisi media sintetik: BG–11 Medium for Cyanobacteria (g/L).
– Agar 10,0 g;
– NaNO3 1,5 g;
– MgSO4·7H2O 0,075 g;
– KH2PO4 0,04 g;
– CaCl2·2H2O 0,036 g;
– Na2CO3 0,02 g;
– Citric acid 6,0 mg;
– Ferric ammonium citrate 6,0 mg;
– EDTA disodium salt 1,0 mg;
– Trace metal mix A5 1,0 mL.
- Media kompleks. Media kompleks adalah media yang sebagian komposisinya tidak diketahui dengan pasti. Media kompleks seringkali dibutuhkan karena kebutuhan nutrisi dari beberapa bakteri yang tidak diketahui sehingga media sintetik tidak dapat dibuat untuk keperluan ini. Seringkali satu jenis media kompleks dapat cukup kaya untuk memenuhi kebutuhan banyak jenis bakteri. media ini dapat mengandung bahan yang tidak diketahui pasti komposisinya seperti peptone, meat extract dan yeast extract. (Prescott et al. 2002, hal. 105). ISO 11133-1 (2009) menggolongkan media kompleks sebagai media yang secara kimia tidak terdefinisi (chemically undefined medium), yaitu media pertumbuhan yang mengandung baik secara keseluruhan atau sebagian dari bahan alami, bahan alami yang telah diproses atau bahan dengan komposisi kimia yang tidak secara jelas terdefinisi (hal. 2). Contoh media kompleks adalah Nutrient Broth, Tryptic Soy Broth dan MacConkey agar.
Berdasarkan fungsi
Berikut adalah pembagian media berdasarkan fungsi menurut ISO 11133-1 (2009).
- Media transport. Berfungsi untuk mengawetkan dan memelihara mikroorganisme tanpa adanya pertumbuhan yang signifikan pada saat pengumpulan sampel sampai pemrosesan sampel di laboratorium. Contoh: Stuart’s transport medium.
- Media penyimpanan/pemeliharaan (preservation). Media untuk memelihara viabilitas mikroorganisme dengan waktu yang diperpanjang dan melindunginya dari pengaruh yang merugikan selama waktu penyimpanan yang lama. Contoh: Nutrient agar miring.
- Media suspensi. Media untuk memisahkan mikroorgansime dari produk uji ke fase cair (pada saat pengenceran pertama) tanpa adanya pertumbuhan atau penghambatan selama waktu kontak. Media suspensi dapat disebut sebagai diluent. Contoh: Peptone saline solution.
- Media penyegaran/penyadaran (resuscitation). Media yang memungkinkan terjadinya perbaikan dan pemulihan terhadap kapasitas mikroorganisme yang stress dalam pertumbuhan normalnya tanpa mendukung adanya perbanyakan yang diperlukan. Contoh: Buffered peptone water.
- Media pengaya (enrichment). Media yang mengandung komposisi untuk penyediaan kondisi yang cocok dalam perkembangbiakan mikroorganisme. Media pengaya dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: (1). Media selektif pengaya (selective enrichment) adalah media pengaya yang dapat mengembangbiakkan mikroorganisme tertentu secara spesifik dan menghambat secara keseluruhan atau sebagian dari jenis lainnya. Contoh: Rappaport-Vassiliadis medium. (2). Media pengaya non-selektif (non–selective enrichment) yaitu media pengaya yang mendukung pertumbuhan banyak jenis mikroorganisme. Contoh: Nutriet Broth.
- Media isolasi. Media padat atau semi-solid yang dapat menumbuhkan mikroorganisme. Media isolasi dapat dibagi menjadi dua yaitu: (1). Media isolasi selektif adalah media isolasi yang mengizinkan pertumbuhan jenis tertentu namun menghambat jenis lainnya. Contoh: XLD (Xylose Lysine Deoxycholate) agar. (2). Media isolasi non-selektif yaitu media isolasi yang tidak menghambat secara selektif mikroorganisme tertentu. Contoh: PCA (Plate Count Agar)
- Media diferensial/karakterisasi. Media untuk menguji satu atau lebih karakteristik biokimia atau fisiologis mikroorganisme untuk identifikasi. Contoh: MacConkey agar.
- Media identifikasi. Media yang dirancang untuk mengidentifikasi reaksi spesifik yang umumnya tidak membutuhkan uji konfirmasi lanjutan. Contoh: Bile esculin agar.
- Media enumerasi. Media selektif atau non-selektif yang berguna untuk perhitungan mikroorganisme. Medium ini dapat juga termasuk berperan sebagai media pengaya atau media penyegaran.
- Media konfirmasi. Media yang mengkontribusi secara keseluruhan atau sebagian untuk identifikasi atau karakterisasi mikroorganisme. Contoh: Kigler agar.
- Media dengan fungsi beragam. Media yang dapat dikelompokkan ke beberapa kategori diatas. Contoh: Blood agar dapat digolongkan media penyegaran, isolasi atau diferensial (hal. 2-4).
Sedangkan Barrow dan Feltham (1993) menambahkan penggolongan tersebut dengan:
- Media untuk penentuan kebutuhan nutrisi / kemampuan penggunaan substrat. Media ini berfungsi untuk mendeteksi dan mengidentifikasi kebutuhan suatu substrat dari bakteri (yang tidak diketahui kebutuhan nutrisinya) dengan menghilangkan atau mensubtitusi komponen suatu substrat. Media ini tidak digunakan untuk kebutuhan sehari-hari namun lebih untuk keperluan penelitian. Sebagai contoh sederhananya adalah Koser Citrate untuk mendeteksi penggunaan citrate sebagai sumber karbon tunggal.
- Media uji mikrobiologi untuk vitamin, asam amino dan antibiotik. Media ini memerlukan pengontrolan ketat pada saat preparasinya untuk memastikan kemurniannya. Penggunaan cawan kotor dimungkinkan akan menyediakan nutrisi sehingga hasil uji menjadi rancu. Sedangkan media untuk uji antibiotik tidak begitu membutuhkan kepastian kemurnian media karena nutrisi asing tidak berpengaruh kepada hasil uji.
- Media dasar tanpa nutrisi (non–nutrient basal media). Berfungsi untuk berbagai keperluan pendukung pertumbuhan mikrob seperti pelapisan Chitin agar menggunakan media chitin yang dilarutkan pada Salt agar (hal. 8-9).
Tata letak relatif berbagai jenis media berdasarkan fungsinya pada tahap awal (kiri) dan akhir (kanan) analisis pendeteksian atau perhitungan mikroorganisme. Diambil dari dokumentasi pribadi.
Indra Pradhika, 2018
Referensi
APHA, AWWA & WEF Standard method for examination of water and wastewater 9020: Quality Assuance / Quality Control. (2005).
Barrow, G. I. & Feltham, R. K. A. (1993). Cowan and Steel’s, manual for the identification of medical bacteria. New York: Cambridge University Press.
FDA-BAM Media M103 Motility Test Medium (Semisolid). (2001). Diperoleh dari: www.fda.gov/Food/FoodScienceResearch/LaboratoryMethods/ucm064059.htm
ISO/TS 11133-1: 2009, Microbiology of food and animal feeding stuffs — Guidelines on preparation and production of culture media — Part 1: General guidelines on quality assurance for the preparation of culture media in the laboratory (Edisi ke-2). (2009).
Prescott, L. M., Harley, J. P. & Klein, D.A. (2002). Microbiology (Edisi ke-5). New York: McGraw-Hill Companies.