Menghitung Mikroorganisme di Udara

Berikut adalah penjelasan beberapa macam metode kultur untuk menghitung mikroorganisme di udara yang diklasifikasikan berdasarkan prinsip kerjanya. Semua metode kultur menggunakan suatu media pertumbuhan yang dapat berupa agar dalam cawan petri atau agar strips untuk menumbuhkan mikroorganisme yang terjebak.

1 Metode pasif

Cara ini disebut dengan metode pasif karena membiarkan partikel udara mengendap sendiri pada permukaan media pertumbuhan. Salah satu metode dalam kelompok ini adalah settle plate.

1.1 Settle plate

Settle plate adalah suatu wadah (misalnya cawan petri) dengan ukuran yang sesuai dan mengandung medium pertumbuhan steril yang dibuka dengan waktu tertentu untuk mengumpulkan deposit partikel yang dapat tumbuh dari udara (ISO 14698-1, 2003:3). Settle plate pada pengertian tersebut adalah cawan tetapi istilah ini dapat juga bermakna metode dan sering dinamakan juga exposure plate.

Settle plate tidak mengukur jumlah total partikel viabel dalam udara melainkan mengukur kecepatan pertikel viabel mengendap pada suatu permukaan. Cara ini dapat digunakan untuk menguji secara kualitatif maupun kuantitatif kontaminasi udara terhadap suatu produk. Hal ini dapat dilakukan dengan menentukan hitungan settle plate per waktu dengan mnghubungkan luas permukaan dan waktu pemaparan sehingga kemungkinan kontaminasi dapat dikalkulasi. Sensitivitas cara ini dapat ditingkatkan dengan menggunakan cawan petri berdiameter besar (misalnya 14 cm) dan memperlama waktu pemaparan dengan tetap memperhatikan pencegahan dehidrasi pada medium. Satuan akhir cara ini dapat dinyatakan dalam satuan koloni/dm2/jam. (ISO 14698-1, 2003, hal. 13,19). Selain itu, APHA, AWWA, & WEF SM 9020 (2005) menyarankan densitas koloni pada ruangan laboratorium adalah tidak melebihi 15 koloni/cawan/15 menit atau 160 CFU/m2/15 menit pemaparan (hal. 6).

Cara pengambilan sampel metode exposure plate adalah dengan memaparkan cawan (umumnya digunakan cawan berdiameter 9 cm) berisi media pertumbuhan non selektif ke udara terbuka selama waktu tertentu. Partikel udara yang mengendap karena gravitasi akan menempel pada permukaan agar. Pada umumnya cawan dibiarkan selama beberapa menit selanjutnya diinkubasi pada temperatur yang sesuai. Metode ini cocok digunakan pada ruangan tertutup beraliran udara tenang. Metode ini juga bukan merupakan metode kuantitatif karena tidak dapat dihitung seberapa besar volume udara yang mengendap dan sangat tergantung kecepatan aliran udara dan diameter cawan yang dipakai. Cara ini lebih berguna untuk mengetahui kecenderungan jumlah mikroorganisme di udara secara mudah dan murah. Selain kekurangan diatas, partikel udara yang sangat kecil dan tidak cukup berat untuk terendap menjadi tidak dapat terdeteksi dengan metode ini.

D:\FOLDER INDRA MIKRO\mikrobiologi\foto mikro\IMG_0983.JPG

Gambar 1. Salah satu hasil settle plate. Tampak pertumbuhan jamur dan bakteri pada media PCA. Diambil dari dokumentasi pribadi.

2 Metode aktif

Metode pegambilan udara secara aktif adalah dengan memaksa udara bergerak memasuki suatu alat untuk menjebak partikel yang terkandung didalamnya. Terdapat tiga prinsip dalam pengumpulan sampel udara secara aktif, yaitu impingement, impaction dan filtration.

2.1 Impingement (penumbukan pada cairan)

Dasar teknik ini adalah dengan menjebak partikel udara saat gelembung udara dilewatkan dalam cairan. Alat yang digunakan disebut sebagai impingement sampler. Pengertian impingement sampler menurut ISO 14698-1 (2003) adalah alat yang dirancang untuk mengambil sampel partikel di udara atau gas lain dengan cara menumbukkan (collision) dengan permukaan cairan dan kemudian masuk ke dalam cairan tersebut (hal. 2).

Pepper dan Gerba (2004) menjelaskan bahwa salah satu alat yang biasa digunakan pada metode ini adalah liquid impinger AGI-30 (ACE Glass,Vineland, NJ). AGI-30 umumnya beroperasi dengan menyedot udara melewati pipa dan masuk ke dalam cairan. Semua partikel di udara akan terjebak dalam cairan tersebut. Alat ini umumnya bekerja pada debit aliran 12,5 L/menit dengan 20 mL volume cairan pengumpul selama 20 menit. Waktu pengambilan sampel yang lebih lama dapat mengakibatkan penguapan yang berlebihan dan kematian mikroorganisme yang telah terlarut (hal. 170).

Gambar 2. Bagan alat impinger. Diadaptasi dari “Environmental Microbiology, A Laboratory Manual”, oleh Pepper dan Gerba, 2004, hal. 171.

Pepper dan Gerba (2004) memberikan tahap-tahap prosedur untuk metode impinger ini yaitu (1). Peralatan diatur seperti gambar. (2). 20 mL 0,1% pepton ditambahkan ke dalam botol impinger lalu ditambah 0,1 mL antifoam. (3). Pompa vakum dinyalakan selama 10 menit. (4). 0,5 mL cairan dari botol impinger diambil dengan pipet 1 mL kemudian diinokulasikan sebanyak 0,1 mL ke cawan TSA atau NA dan 0,1 mL ke cawan SDA dengan cara spread plate. (5). 6 mL cairan diambil lalu dilewatkan sebanyak 5 mL melewati 0,45 μm kertas membran filter dan ditanam ke TSA atau NA dan SDA. (6). Cawan NA atau TSA diinkubasi pada 35 °C selama 20-48 jam, SDA selama 2-7 hari. (7). Jumlah bakteri dan jamur dihitung per m3 dengan rumus :

(a) volume udara (L) = waktu pengambilan sampel (menit) x 12,5 L/menit .

(b) jumlah mikroorganisme yang dikumpulkan = jumlah mikroorganisme dalam volume yang diuji (CFU/ml) x sisa volume yang tersisa dalam botol impinger.

(c) jumlah mikroorganisme/L (CFU) = jumlah mikroorganisme yang dikumpulkan / volume udara (hal. 171-172).

Jika waktu pengambilan diperpanjang maka akan memperbesar evaporasi cairan dan dapat menonaktifkan mikroorganisme yang telah terjebak. Pengenaan sel mikoroganisme ke dalam cairan dapat menyebabkan kerusakan sel dan hold time sampel yang lama akan menyediakan waktu yang cukup untuk mikroorganisme berkembang biak pada cairan pengumpul berupa media pertumbuhan. Kelebihan alat ini adalah murah, mudah digunakan, dan portable. Jika debit aliran udara tidak dapat ditentukan berdasarkan kecepatan pompa dan diameter pipa penyedot maka cara ini tidak tergolong cara pengambilan sampel kuantitatif karena satuannya tidak dapat ditentukan dengan jelas.

Efisiensi dari AGI-30 akan menurun tajam jika digunakan lebih dari 30 menit karena cairan pengumpul yang memiliki viskositas rendah dapat terevaporasi dengan mudah. Untuk mengurangi kelemahan ini telah dirancang alat biosampler dengan cairan pengumpul dari minyak berupa non-evaporating heavy white mineral oil (kekentalan lebih tinggi) yang mampu mengumpulkan udara selama 4 jam. Hal ini memberi keuntungan saat digunakan pada udara yang memiliki sedikit partikel sehingga dibutuhkan volume sampel udara yang besar.

2.2 Impaction (penumbukan pada permukaan padat)

Dasar teknik impaction adalah dengan menempelkan partikel udara pada permukaan padat media dengan cara menumbukkannya. Teknik ini biasanya menggunakan media agar padat sebagai substrat langsung penempelan partikel udara. Alat yang digunakan disebut sebagai impact sampler. Pengertian impact sampler menurut ISO 14698-1(2003) adalah alat yang dirancang untuk mengambil sampel partikel di udara atau gas lain dengan cara menumbukkan (collision) dengan permukaan padat (hal. 2). Metode ini dapat dikategorikan menjadi tiga alat yaitu sieve impactor, slit mpactor dan centrifugal impactor.

2.2.1 Sieve impactor

Pada alat sieve (saringan/ayakan) impactor udara akan ditarik masuk kedalam pelat lempeng yang memiliki lubang-ubang kecil dengan diameter yang diketahui dan partikel tersebut ditumbukkan ke permukaan agar yang telah dipasang dibawahnya. Sieve impactor dapat dioperasikan bertumpuk dengan saringan yang berbeda untuk membedakan kecepatan aliran sehingga akan terkumpul partikel dengan ukuran yang berbeda (misalnya six-stage Andersen impactor) atau digunakan dengan satu tumpukan (single stage) yang umumnya memiliki 300 lubang dan menggunakan cawan berdiameter 9 cm (ISO 16000-18, 2011, hal. 3).

Gambar 3. Diagram sieve impactor satu tingkatan. Keterangan: 1. Clamp 2. Cincin penyekat 3. Alat penengah untuk cawan petri 4. Cawan petri dengan media agar. (a). udara masuk (b). udara keluar. Diadaptasi dari”ISO 16000-18: 2011 Indoor air — Part 18: Detection and enumeration of moulds — Sampling by impaction”, oleh ISO, 2011, hal. 10.

Alat sieve impactor yang pertama dikembangkan adalah Andersen air sampler (Andersen Instruments Inc., Smyra, GA). Udara yang masuk ke dalam alat Andersen air sampler disedot oleh pompa udara (28,3 L/menit) sehingga udara mengalir dari atas ke bawah. Alat ini menggunakan 6 tingkatan tumbukan yang bisa memisahkan partikel berdasarkan ukurannya. Setiap tingkatan diisi oleh satu media pertumbuhan (27 mL) yang berada dalam cawan petri. Semakin tinggi tingkatannya lubang (setiap tingkat memiliki lubang berjumlah 400) tiap tingkatan akan semakin kecil (Maier et.al, 2000, hal. 151).

Tumbukan yang terjadi pada Andersen air sampler adalah dengan merubah aliran udara secara mendadak atau dengan menabrakkan partikel udara ke permukaan agar sehingga kelembaman pada pertikel akan menjatuhkannya. Kemudian angin akan melewati pinggir cawan dan menuju tingkat selanjutnya. Kecepatan aliran udara yang terjadi semakin ke bawah semakin cepat sehingga secara bertahap partikel yang tertabrak dan menempel menjadi semakin kecil. Partikel udara yang besar akan terkumpul pada tingkat 1 dan partikel udara yang tidak memiliki potensial tumbukan yang cukup akan mengisi tingkat dibawahnya (Andersen, 1958, hal. 472)

Gambar 4. Diagram six-stage Andersen air sampler beserta ilustrasi tambahan mengenai penumbukan berbagai ukuran partikel udara. Diadaptasi dari “New Sampler for the Collection, Sizing, and Enumeration of Viable Airborne Particles”, oleh Andersen, 1958, hal. 473.

D:\mikrobiologi\gambar buat dewe\air sample\andersenggg.jpg

Gambar 5. Partikel yang terpisahkan bedasakan ukuran partikenya untuk setiap tingkat alat six-stage Andersen air sampler. Diadaptasi dari “New Sampler for the Collection, Sizing, and Enumeration of Viable Airborne Particles”, oleh Andersen, 1958, hal. 477.

Menurut Andersen (1958), setelah pengambilan sampel selesai, cawan dapat langsung diinkubasi tanpa perlakuan apapun. Perhitungan koloni pada tingkat 1 dan 2 dilakukan dengan mata telanjang atau jika terlalu penuh dilihat dengan mikroskop kemudian hasilnya dijumlahkan. Sedangkan pada tingkatan 3-6 pertumbuhan koloni mengikuti pola aliran udara yang melewati lubang. Hasil hitungan pada tingkat 3-6 ini dihitung dengan metode mikroskop atau dikonversikan dengan tabel konversi “positive hole” yang berfungsi sebagai pengoreksi berdasarkan teori probabilitas. Tabel konversi ini dibuat berdasarkan pada hitungan lubang aliran udara yang dilewati oleh partikel menuju cawan petri. Tabel ini mengacu kepada prinsip bahwa jumlah partikel yang ditumbukkan pada cawan meningkat dan kemungkinan partikel selanjutnya yang melewati lubang yang belum terlewati (empty hole) menurun. Misalnya, ketika 9 dari 10 lubang telah dilewati 1 atau lebih partikel, partikel selanjutnya memiliki kemungkinan 1:10 untuk melewati lubang yang kosong. Jadi rata-rata perlu ditambahkan 10 partikel untuk menaikkan jumlah positive hole sebesar 1, dan sebelum semua lubang menjadi positif beberapa lubang menerima sejumlah partikel (hal. 475).

Tabel 1. Tabel konversi positive hole untuk six-stage Andersen air sampler. Notasi r adalah jumlah lubang positif yang dihitung, P adalah jumlah partikel yang terkoreksi, tanda “*” menandakan bahwa batas perhitungan (perkiraan 2628 partikel) telah dlewati. Diadaptasi dari “New Sampler for the Collection, Sizing, and Enumeration of Viable Airborne Particles”, oleh Andersen, 1958, hal. 474.

r P r P r P r P r P
1 1 41 43 81 91 121 144 161 206
2 2 42 44 82 92 122 146 162 208
3 3 43 45 83 93 123 147 163 209
4 4 44 47 84 94 124 148 164 211
5 5 45 48 85 96 125 150 165 213
6 6 46 49 86 97 126 151 166 214
7 7 47 50 87 98 127 153 167 216
8 8 48 51 88 99 128 154 168 218
9 9 49 52 89 101 129 156 169 220
10 10 50 53 90 102 130 157 170 221
11 11 51 55 91 103 131 159 171 223
12 12 52 56 92 105 132 160 172 225
13 13 53 57 93 106 133 162 173 227
14 14 54 58 94 107 134 163 174 228
15 15 55 59 95 108 135 165 175 230
16 16 56 60 96 110 136 166 176 232
17 17 57 61 97 111 137 168 177 234
18 18 58 63 98 112 138 169 178 236
19 19 59 64 99 114 139 171 179 237
20 21 60 65 100 115 140 172 180 239
21 22 61 66 101 116 141 174 181 241
22 23 62 67 102 118 142 175 182 243
23 24 63 69 103 119 143 177 183 245
24 25 64 70 104 120 144 179 184 246
25 26 65 71 105 122 145 180 185 248
26 27 66 72 106 123 146 182 186 250
27 28 67 73 107 125 147 183 187 252
28 29 68 75 108 126 148 185 188 254
29 30 69 76 109 127 149 186 189 256
30 31 70 77 110 129 150 188 190 258
31 32 71 78 111 130 151 190 191 260
32 33 72 79 112 131 152 191 192 262
33 34 73 81 113 133 153 193 193 263
34 36 74 82 114 134 154 194 194 265
35 37 75 83 115 136 155 196 195 267
36 38 76 84 11’6 137 156 198 196 269
37 39 77 86 117 138 157 199 197 271
38 40 78 87 118 140 158 201 198 273
39 41 79 88 119 141 159 203 199 275
40 42 80 89 120 143 160 204 200 277
201 279 241 369 281 48 321 649 361 931
202 281 242 372 282 488 322 654 362 942
203 283 243 374 283 492 323 659 363 952
204 285 244 377 284 495 324 664 364 963
205 287 245 379 285 499 325 670 365 974
206 289 246 382 286 502 326 675 366 986
207 292 247 384 287 506 327 680 367 998
208 294 248 387 288 508 328 686 368 1010
209 296 249 390 289 513 329 692 369 1023
210 298 250 392 290 516 330 697 370 1036
211 300 251 395 291 520 331 703 371 1050
212 302 252 398 292 524 322 709 372 1064
213 304 253 400 293 527 333 715 373 1078
214 306 254 403 294 531 334 721 374 1093
215 308 255 406 295 535 335 727 375 1109
216 311 256 409 296 539 336 733 376 1125
217 313 257 411 297 543 337 739 377 1142
218 315 258 414 298 547 338 746 378 1160
219 317 259 417 299 551 339 752 379 1179
220 319 260 420 300 555 340 759 380 1198
221 322 261 423 301 559 341 766 381 1219
222 324 262 426 302 563 342 772 382 1241
223 326 263 429 303 567 343 779 383 1263
224 328 264 432 304 571 344 786 384 1288
225 231 265 434 305 575 345 793 385 1314
226 333 266 437 306 579 346 801 386 1341
227 335 267 440 307 584 347 808 387 1371
228 338 268 443 308 588 348 816 388 1403
229 340 269 447 309 592 349 824 389 1438
230 342 270 450 310 597 350 832 390 1476
231 345 271 453 311 601 351 840 391 1518
232 347 272 456 312 606 352 848 392 1565
233 349 273 459 313 610 353 857 393 1619
234 352 274 462 314 615 354 865 394 1681
235 354 275 465 315 620 355 874 395 1754
236 357 276 468 316 624 356 883 396 1844
237 359 277 472 317 629 357 892 397 1961
238 362 278 475 318 634 358 902 398 2127
239 364 279 478 319 639 359 911 399 2427
240 367 280 482 320 644 360 921 400 *

Selain itu, terdapat suatu efek ‘kehilangan’ partikel karena menempel atau terjebak pada permukaan alat. Contohnya saat aliran udara menuju tingkat selanjutnya dibelokkan saat melewati antar sambungan dan dibelokkan lagi melewati lubang, sering dijumpai terdapat kumpulan partikel yang tersangkut pada lubang tersebut karena kelembaman partikel tidak mampu mengikuti alur udara yang dibelokkan. Kejadian ini dinamakan wall loss. Wall loss akan mengurangi efisiensi alat ini (Vaughan, 1988, hal. 76).

Gambar 6. Diagram proses terbentuknya deposit wall loss. Diadaptasi dari “The Andersen Impactor: Calibration, Wall Losses And Numerical Simulation”, oleh Vaughan, 1989, hal. 79-80.

NIOSH dalam NMAM metode 0800 (1998) menyarankan memakai alat sieve impactor ini untuk menguji udara dalam ruangan. Alat yang digunakan adalah Andersen 2-stage cascade impactor untuk mendeteksi bakteri mesofilik dan Andersen N-6 single-stage sampler untuk actynomycetes termofilik. Media yang digunakan adalah Malt Extract Agar untuk fungi, Trypticase Soya Agar untuk bakteri mesofilik dan actinomycetes termofilik, Dichloran Glycerol agar untuk jamur xerofilik, R2A untuk bakteri heterotrof, dan Rose Bengal Agar untuk jamur yang tumbuh secara lambat (misalnya Stachybotrys). Sedangkan pengambilan sampel dilakukan dengan pengulangan tiga kali pada titik sampel yang sama. Titik sampel minimal berjumlah tiga ruangan yang mewakili berbagai tingkat kualitas udara.

Secara komersial banyak variasi dan modifikasi alat yang bekerja berdasarkan prisip Andersen air sampler, diantaranya adalah alat yang memiliki 8 tingkat, 2 tingkat atau hanya satu tingkat. Menurut Curtis et al. (1977) alat Andersen air sampler dua tigkat memberikan jumlah hitungan koloni lebih rendah dibandingkan dengan delapan tingkat (hal. 208).

Gambar 7. Alat MAS 100 air sampler dan hasil pertumbuhan koloni dari pengambilan sampel menggunakan alat ini. Diambil dari dokumentasi pribadi.

Salah satu alat yang memakai metode ini adalah MAS 100 (MBV AG, Switzerland) yang terdiri dari satu tingkat dan memiliki kecepatan 100 L/menit dan dapat menyedot sampai 2000 L setiap siklus. Selain MAS 100, alat lain yang berprinsip sama dengan Andersen air sampler adalah SAS (Surface Air System) Super 100 (Bioscience International, Rockville, MD) yang mampu menyedot udara dengan kecepatan 100 L/menit. Beberapa varian SAS air sampler lainnya yaitu SAS Super 180 (180 L/menit) dan Duo SAS 360 (360 L/menit). Tipe Duo SAS 360 memiliki dua tutup (sampling head) sehingga dapat dilakukan pengambilan sampel untuk dua cawan petri sekaligus. Hal ini dapat digunakan untuk dua jenis media yang berbeda (misalnya media untuk bakteri dan jamur) atau untuk replikasi.

2.2.2 Slit impactor

Selain sieve impactor alat yang berfungsi dengan prinsip yang sama adalah slit impactor. Slit (celah) yang terdapat pada alat berguna sebagai lubang sempit pemasukan udara kemudian partikel udara ditumbukkan ke permukaan agar yang berputar (ISO 16000-18, 2011, hal. 3).

C:\Users\lenovo\Desktop\buku\28441-5536689.jpg

Gambar 8. Biocapt® air sampler, salah satu alat yang menggunakan prinsip slit impactor. Diadaptasi dari “Biocapt® Impactor Active Microbial Air Sampling”, oleh Particle Measuring System. 2008 hal. 1.

ISO 16000-18 (2011) juga menjelaskan secara lengkap penggunaan metode impaction ini baik sieve impactor atau slit impactor (dipilih salah satu) untuk menghitung spora jamur (diameter >1 μm sampai ~30 μm) pada lingkungan indoor. Alat yang dibutuhkan adalah impactor sampler, cawan agar (9 cm), pompa vakum, gas volume meter, stand (penyangga), timer, dan protective housing (pelindung alat). Ketinggian pengambilan sampel yang disarankan adalah 0,75-1,5 m diatas lantai. Ketinggian lain mungkin dapat digunakan namun perlu diperhatikan bahwa pada ketinggian yang rendah debu dapat terisap oleh alat. Arah inlet alat tidak menjadi faktor yang penting jika tidak ada aliran udara yang terjadi pada ruangan tersebut. Disarankan juga untuk melakukan banyak pengukuran menggunakan volume sampel yang berbeda (misalnya 2×50 L dan 2×100 L) terutama jika tidak diketahui konsentrasi jamur pada ruangan tersebut. Waktu pengambilan sampel umumnya 1-10 menit dengan volume tidak dibawah 50 L. Media yang dipakai adalah DG18, MEA atau PDA dengan suhu inkubasi 25±3 ºC. Media yang telah dilakukan pegambilan sampel sebaiknya dihindarkan dari kekeringan, sinar matahari, panas atau debu dan dipindahkan ke laboratorium sesegera mungkin (sebaiknya dalam 24 jam). Suhu pemindahan harus tidak melebihi suhu inkubasi. Kontrol negatif dilakukan dengan meletakan cawan agar pada alat tanpa mengaktifkannya di saat pertengahan seri pengambilan sampel. Hal ini untuk mengetahui jumlah kontaminasi dari alat dan saat penanganan media. Kontrol negatif dilakukan pada setiap jenis medium untuk setiap sesi pengukuran. Keterbatasan metode impaction ditentukan oleh efisiensi pengambilan sampel secara fisik dan biologis. Kisaran optimal koloni per cawan adalah 20-40 dalam kisaran hitung 10-100 koloni per cawan. Oleh karena itu volume sampel diatur sehingga menghasilkan koloni sesuai kisaran tersebut.

2.2.3 Centrifugal impactor

Centrifugal sampler menggunakan pola aliran udara yang berputar untuk mendepositkan partikel udara yang disedot ke dalam alat berdasarkan gaya sentrifugasi. Alat-alat yang memakai metode ini adalah Cyclone air sampler (pbi International) dan Coriolis air sampler (Bertin Technologies). Menurut Maier et.al. (2000), cara kerja pertama metode ini yaitu udara masuk kedalam alat melalui pipa dengan sudut tertentu sehingga menimbulkan pola udara tangensial. Udara yang masuk akan berputar pada permukaan corong sehingga akan dipercepat seiring semakin kecilnya diameter pada corong. Percepatan ini menimbulkan gaya sentrifugal yang semakin besar sehingga sedimentasi partikel udara semakin mudah. Pendepositan partikel terjadi pada ujung corong yang terhubung pada wadah di bagian bawah berisi cairan pengumpul (collection liquid). Untuk menghitung mikroorganisme yang masuk ke dalam alat, maka cairan pelarut partikel dianalisis menggunakan metode yang sesuai. Dalam praktiknya alat yang menggunakan metode ini tidak mampu memisahkan ukuran partikel dan kurang efisien dalam menjebak partikel udara (hal. 153).

Gambar 9. Skema centrifugal impactor. Arah panah menggambarkan aliran udara dan titik menggambarkan partikel yang masuk. Diadaptasi dari “Environmental Microbiology”, oleh Maier et.al. 2000 hal. 153.

Alat air sampler lain yang menggunakan prinsip sentrifugasi untuk mengumpulkan partikel udara adalah RCS (Reuter Centrifugal Air Sampler) (Biotest AG, Dreireich). Partikel yang tertekan akan menempel pada agar strip yang terletak melingkar pada sisi dalam sampling head kemudian setelah selesai pengambilan sampel agar strip dapat langsung diinkubasi. Agar strip memiliki 34 kotak dengan luas masing-masing 1 cm2. Macher dan First (1983) menyediakan data mengenai efisiensi pengumpulan partikel berdasarkan ukuran partikelnya pada alat RCS ini yang disuguhkan pada grafik berikut.

Grafik 1. Efisiensi pengumpulan partikel berdasarkan ukuran partikel pada RCS. Sumbu x adalah ukuran partikel (µm), sumbu y adalah efisiensi pengumpulan (%) dan garis vertikal menggambarkan standar deviasi. Dapat dilihat bahwa efisiensi akan melonjak menurun pada ukuran lebih kecil dari 16 μm. Diadaptasi dari ”Reuter Centrifugal Air Sampler: Measurement of Effective Airflow Rate and Collection Efficiency”, oleh Macher dan First,1983, hal. 1962.

Gambar 10. RCS air sampler beserta agar strip. diadaptasi dari “Biotest Hycon RCS Plus/RCS Plus EX Air Sampler Operating Manual”, oleh Biotest. 2000. hal. 1.

2.3 Filtration (penyaringan)

Filtrasi adalah pengumpulan partikel yang terlarut dalam gas atau udara melewati medium berpori (ISO 16000-16, 2008, hal. 2). Metode ini menggunakan prinsip menyaring partikel udara berdasarkan ukurannya menggunkan kertas membran filter. Membran filter biasanya tersedia dalam kaset plastik sekali buang (Plastic Filter Cassettes) berdiameter 25, 37 atau 47 mm. Seperti halnya teknik filtrasi membran untuk menyaring cairan, cara ini juga menggunakan tekanan negatif dari pompa untuk menekan udara menembus kertas membran filter yang terbuat dari polycarbonate atau cellulose acetate.

Partikel udara yang berukuran lebih besar daripada pori membran akan tersaring. Keunggulan metode filtrasi adalah sangat akurat dalam menangkap partikel udara namun tidak direkomendasikan untuk menghitung sel vegetatif bakteri karena terdapat kemungkinan sel akan mengalami kekeringan dan mati selama pengambilan sampel berlangsung. Oleh karena itu cara ini lebih tepat digunakan untuk mendeteksi spora jamur atau endospora bakteri yang resisten kekeringan. Setelah selesai pengambilan sampel, kertas membran filter dapat dipindahkan ke media pertumbuhan lalu diinkubasi, atau dapat juga spora dihitung manual dengan bantuan mikroskop atau kertas membran dibilas dengan cairan pengekstrak selanjutnya dianalisis memakai metode yang sesuai.

ISO 16000-16 (2008) menyuguhkan metode yang lengkap mengenai teknik filtrasi untuk mendeteksi spora jamur pada lingkungan indoor. Metode tersebut menjelaskan bahwa jamur yang terdapat dalam udara dikumpulkan dengan filter gelatin yang memiliki efisiensi tinggi. Filter polycarbonate digunakan dibawah filter gelatine untuk meningkatkan stabilitas. Filter selain gelatin dapat digunakan jika memiliki recovery minimal 90 % dari yang diperoleh filter gelatin. Alat pengambilan sampel ini dirancang untuk menyaring spora jamur (>1 μm sampai ~30 μm). Kecepatan aliran udara yang disarankan adalah 100-200 mm/detik. Jika digunakan filter berdiameter 80 mm maka kecepatan aliran udara yang digunakan adalah 1,5-3,3 m3/jam (25-55 L/menit). Alat yang dibutuhkan adalah filter sampler, cawan agar (9 cm), pompa vakum, gas volume meter, stand (penyangga), timer, dan protective housing (pelindung alat). Metode yang disarankan adalah menggunakan ketinggian pengambilan sampel 0,75-1,5 m diatas lantai. Ketinggian lain mungkin dapat digunakan namun perlu diperhatikan bahwa pada ketinggian yang rendah debu dapat terisap oleh alat. Arah inlet alat tidak menjadi faktor yang penting jika tidak ada aliran udara yang terjadi pada ruangan tersebut. Volume udara yang ditampilkan pada alat adalah dalam kubik meter dengan akurasi 0,01 m3. Suhu dan tekanan juga sebaiknya tetap dipantau pada gas volume meter. Kecepatan aliran pada alat pengambilan sampel sebaiknya tidak lebih dari 10 % dari kecepatan pergantian udara. Namun jika kecepatan pergantian udara tersebut tidak diketahui maka volume udara yang diambil sebagai sampel per jam tidak melebihi 10 % volume ruangan. Pengukuran ini harus menggunakan filter steril dan penyangga filter steril. Filter steril harus dilindungi dari debu, panas, dan getaran yang kuat selama pemindahan. Filter tersebut harus dipasang pada alat secara aseptik kemudian kebocoran dan hasil pemasangannya dicek ulang. Setelah dilakukan pengambilan sampel filter dicopot lalu disimpan pada wadah yang tertutup untuk mencegah kontaminasi sekunder. Waktu pengambilan sampel yang disarankan adalah 30 menit sampai beberapa jam. Pengaruh kekeringan pada metode ini adalah tidak seragam dan tergantung pada suhu, RH, waktu pengambilan sampel dan jenis jamur. Sebagian besar spora jamur tidak sensitif terhadap kekeringan sehingga cara ini cukup baik jika digunakan untuk aplikasi ini. Kontrol negatif dilakukan dengan meletakan cawan agar pada alat tanpa mengaktifkannya di saat pertengahan seri pengambilan sampel. Hal ini untuk mengetahui jumlah kontaminasi dari alat dan saat penanganan media. Kontrol negatif dilakukan pada setiap jenis medium.

Contoh alat air sampler yang menggunakan metode filtrasi adalah Airport MD 8 (Sartorius, Goettingen, Germany). Airport MD 8 memiliki kecepatan mengambil udara yang dapat diatur yaitu 30, 40, 50 dan 125 L/menit yang menggunakan gelatine membrane filter. Keunggulannya adalah dapat mengurangi kekurangan metode filtrasi dengan menjaga sel dari kekeringan saat pengambilan sampel yang lama karena gelatin tetap mempertahankan kelembapannya. Gelatine membrane filter juga memiliki sifat yang mudah larut sehingga saat ditempatkan diatas permukaan agar filter akan larut dan meninggalkan partikel. Alat lainnya yaitu MD 8 Airscan (Sartorius, Goettingen, Germany). Prinsip kerja alat ini mirip dengan Airport MD8 tetapi mempunyai sampling head yang terpisah (dihubungkan dengan selang) dari alat utama. Hal ini dapat mempermudah saat mengambil sampel dengan titik sampling yang tinggi atau pada daerah tertentu yang kritis.

Indra Pradhika, 2018

Referensi

Andersen, A.A. (1958) New Sampler for the Collection, Sizing, and Enumeration of Viable Airborne Particles. J Bacteriol. 76(5), hal. 471–484.

APHA, AWWA & WEF SM 9020 (2005) Standard method for examination of water and wastewater 9020: Quality Assuance / Quality Control. APHA, AWWA & WEF.

Curtis, S.E., Balsbaugh, R.K. & Drummond, J.G. (1977). Comparison of Andersen Eight-Stage and Two-Stage Viable Air Samplers. Applied Environmental and Public Health Microbiology.

ISO 14698-1: 2003 (2003) Cleanrooms and associated controlled environments — Biocontamination control — Part 1: General principles and methods.

ISO 16000-16: 2008. (2008) Indoor air — Part 16: Detection and enumeration of moulds — Sampling by filtration.

ISO 16000-18: 2011. (2011) Indoor air — Part 18: Detection and enumeration of moulds — Sampling by impaction.

Macher, J.M. dan First, M.W. (1983). Reuter Centrifugal Air Sampler: Measurement of Effective Airflow Rate and Collection Efficiency. Appl Environ Microbiol 1983. 45(6). Hal. 1960-2.

Maier, R.M., Gerba, C.P., & Pepper, I.L. (2000) Environmental Microbiology. Academic Press.

NMAM metode 0800. (1998) Bioaerosol Sampling (Indoor Air). NIOSH Manual of Analytical Methods (NMAM), Fourth Edition. https://www.cdc.gov/niosh/docs/2003-154/pdfs/0800.pdf

Pepper, I.L. & Gerba, C.P. (2004) Environmental Microbiology: A Laboratory Manual.

Vaughan, N.P. (1988) The Andersen impactor: Calibration, wall losses and numerical simulation . Journal of Aerosol Science. Volume 20, Issue 1, hal. 67-90.